Katarsis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, katarsis memiliki arti:
ka·tar·sis n 1 Kris
penyucian diri yg membawa pembaruan rohani dan pelepasan dr ketegangan; 2
Psi cara pengobatan orang yg berpenyakit saraf dng membiarkannya
menuangkan segala isi hatinya dng bebas; 3 Sas kelegaan emosional
setelah mengalami ketegangan dan pertikaian batin akibat suatu lakuan dramatis
Seyogianya, buku ini telah kami bahas bulan Juni 2013 kemarin,
namun karena satu dan lain hal, kami --Wulan, Selvi, dan Ijul-- baru bisa
membedah buku ini secara on air hari Sabtu, 13 Juli 2013. Novel bergenre
psychological thriller ini merupakan novel debutan karangan Anastasia
Aemilia (Gramedia – 2013). Kami bertiga kompak menyetujui bahwa novel ini seru
dan bagus. Apalagi novel genre seperti ini masih jarang di Indonesia. Kami
mengomparasikannya dengan beberapa film yang pernah dibuat dan ditayangkan:
Modus Anomali, Pintu Terlarang (adaptasi novel), Belenggu, dan Belahan Jiwa
(adaptasi novel).
Puji syukur, meskipun gerimis sudah mulai melanda Jakarta
sejak pagi, kami bertiga dapat melaksanakan jadwal siaran dengan tepat waktu.
Pembahasan awal di segmen pertama, kami membeberkan soal genre psychological
thriller sesuai pengetahuan kami sebelum mulai membahas Katarsis secara
lebih mendalam. Jadi, menurut kami, genre psychological thriller adalah
genre berunsur ketegangan yang berasal dari diri sendiri disebabkan gangguan
kejiwaan, baik karena lingkungan maupun genetika. Bedanya dengan horor adalah
genre ini tidak berkaitan dengan hantu, setan, pocong, dan sejenisnya. Di sini
pembaca dibuat tegang oleh situasi yang diciptakan oleh karakter dalam kisah
tersebut.
Yang mana sih Katarsis itu?
Ini penampakan sampul buku dan sinopsisnya yaaa...
Tara Johandi, gadis berusia delapan belas tahun, menjadi satu-satunya
saksi dalam perampokan tragis di rumah pamannya di Bandung. Ketika ditemukan
dia disekap di dalam kotak perkakas kayu dalam kondisi syok berat. Polisi
menduga pelakunya sepasang perampok yang sudah lama menjadi buronan. Tapi
selama penyelidikan, satu demi satu petunjuk mulai menunjukkan keganjilan.
Sebagai psikiater, Alfons berusaha membantu Tara lepas dari traumanya. Meski
dia tahu itu tidak mudah. Ada sesuatu dalam masa lalu Tara yang disembunyikan
gadis itu dengan sangat rapat. Namun, sebelum hal itu terpecahkan, muncul Ello,
pria teman masa kecil Tara yang mengusik usaha Alfons.
Dan bersamaan dengan kemunculan Ello, polisi dihadapkan dengan kasus pembunuhan
berantai yang melibatkan kotak perkakas kayu seperti yang dipakai untuk menyekap
Tara. Apakah Tara sesungguhnya hanya korban atau dia menyembunyikan jejak masa
lalu yang kelam?
Untuk melihat reaksi dan reviu dari teman-teman goodreads yang
lain, silakan klik di sini.
Buat kami, Katarsis mampu tampil memikat sebagai sebuah novel thriller
lokal. Tak henti-hentinya kami membahas karakter para tokoh di dalamnya.
Mulai dari Tara dan Ello, dua tokoh utama di novel ini yang dikisahkan memiliki
gangguan kejiwaan yang menyukai rasa sakit dan terpesona melihat darah merah
nan segar, hingga ke tokoh-tokoh sampingannya. Bahkan Wulan masih mencoba
menggali lebih dalam soal karakter ibunya Ello (istri Heru) yang kok
mau-maunya menikahi Heru padahal dia sudah tahu Heru memiliki kelainan seperti
itu? Wulan dengan antusias menduga-duga si ibu ini masih hidup dan disekap
dalam salah satu kotak perkakas di rumah Heru. Selvi dan Ijul hanya bisa
melongo dan berseru “masak sih? masak sih?” karena merasa terlewat
bagian itu? Apa benar begitu? Mungkin saking tegangnya membaca novel ini jadi
terselip adegan itu. Selvi bilang mau baca ulang demi mencari kebenaran adegan
itu. Hahaha.
Nah, dari sinilah ide untuk membuat pertanyaan interaktif
tercipta. “Jika kamu punya sahabat atau orang terdekat mengalami gangguan
kejiwaan (bukan gila) seperti halnya Tara dan Ello, bagaimana perasaanmu dan
apa yang akan kamu lakukan?”
Antusiasme Sahabat RPK (sebutan untuk pendengar setia RPK FM)
juga sudah terlihat bahkan sebelum kami membacakan pertanyaan interaktif pagi
itu. Ada yang penasaran banget sama novel ini (tapi belum baca) karena ia
pencinta kisah thriller, maka ia bersemangat mendengarkan siaran kali
ini. Selebihnya adalah sms dari para Sahabat RPK yang berbagi pendapat dan
kisah untuk menanggapi pertanyaan yang kami ajukan.
Bahkan salah satu pendengar, Ibu Paula, mengisahkan tentang
peristiwa semacam stalking yang saat ini sedang beliau alami. Kami syok
dan agak ngeri membaca kisahnya, namun kami tidak bisa memberikan nasihat yang
memadai. Karena pertanyaan ini kami lantas berpikir mungkin sebaiknya perlu
mengundang seorang narasumber yang kompeten, dalam hal ini psikolog, untuk
dapat mendampingi siaran sehingga ketika ada yang bertanya seperti itu, kami
bisa memberikan jawaban yang lebih tepat (sesuai analisis narasumber kami).
Mungkin suatu saat nanti.
Pada segmen ketiga, Wulan membacakan salah satu bagian dari
Katarsis yang menurut kami lumayan ‘sakit’ dan benar-benar mudah melekat di
ingatan. Adegan itu pun menjadi bagian penting bagi ceritanya sendiri karena
dari adegan tersebut, Tara dan Ello dipertemukan untuk pertama kalinya. Adegan
mana tuhhhh? Silakan baca sendiri ya, untuk mencari tahu adegan itu, hehehe...
Sayang sekali, karena antusiasme kami sendiri membahas
Katarsis kami malah terlupa berpose di studio RPK sehingga tak dapat
melampirkan foto cute kami ketika bercuap-cuap ria...
*emot-pose-jari-bervictory-mata-berbinar-tersenyum-manis*
Sebelum mengakhiri siaran, kami membacakan beberapa agenda
Goodreads Indonesia yang sedang dan akan diselenggarakan. Lalu dilanjutkan
dengan memilih dua pengirim sms yang beruntung untuk mendapatkan hadiah buku.
Dan, yang beruntung kali ini adalah Resna (Jakarta Pusat) dan Sany
(Tangerang). Selamat untuk kedua Sahabat RPK yang beruntung.
Dan, sampai jumpa
di Sabtu-Sabtu berikutnya.
Ijul, untuk #KlubSiaranGRI
2 komentar :
Katarsis ada Ebooknya loh..
kalau teman-teman goodreads ada yang suka baca ebook bisa klik link berikut :
http://gramediana.com/books/detail/40101130021-katarsis?locale=en
wah, terima kasih atas updatenya :D
Posting Komentar