26/05/10

Surat Terbuka untuk Pembaca Aktif di Goodreads Indonesia

Jakarta, 7 Mei 2010

Para pembaca aktif yang terhormat,

Sebulan lagi, kita akan menyongsong milad ke-3 komunitas pembaca Goodreads Indonesia yang (semoga) akan kita rayakan dengan mengadakan Kopdar Serentak di berbagai kota. Ada arti penting di balik kesan seremonial yang mungkin belum banyak dipahami semua kita, maka ada baiknya dibeberkan kembali lewat surat ini.

Menurutku, yang hendak dirayakan adalah bukan semata bertambahnya jumlah anggota --4x lipat dari kali pertama kopdar Goodreads Indonesia diadakan, dari 900-an orang menjadi 3.500-an orang--, akan tetapi yang jauh lebih penting adalah:

1. Membentuk komunitas pembaca yang aktif bukanlah hal yang mustahil untuk dilakukan.

Aku masih ingat betul saat-saat awal ketika komunitas ini sepakat untuk berkumpul kali pertama pada Mei 2008 dan menetapkan diri untuk tidak menjadi kumpulan pembaca an sich seperti halnya komunitas pembaca lain. Ketika itu gagasan mengenai menjadi komunitas pembaca yang aktif diliputi oleh keraguan yang amat besar: sanggupkah kita benar-benar mewujudkannya? Apakah Goodreads Indonesia dapat menjadi reference group yang berpengaruh? Saat itu semua serba meraba, bahkan kepada para penerbit, komunitas pembaca lain, penulis, perlu upaya ekstra untuk menjelaskan apa sejatinya Goodreads Indonesia itu agar mereka tidak bingung dan tidak menganggap kita hanya sekumpulan pemimpi. Namun perjalanan waktu menunjukkan misi Goodreads Indonesia menjadi komunitas pembaca aktif bukan slogan kosong! Bukan cuma lips service! Cuma ucapan manis di bibir!

Terbukti sudah pembaca yang berkumpul di Goodreads Indonesia tak cuma aktif membaca buku dan membicarakannya, tetapi lebih dahsyat daripada itu, kita telah benar-benar melakukan hal-hal berguna dengan buku di dalam masyarakat. Terbukti sudah (sebagian besar dari) kita adalah sekumpulan "A Doer"! Orang-orang yang berbuat! Bukan kalangan orang yang sibuk hanya mengkritik, berkomentar, membual, mengeluh, yang memuakkan dan melelahkan untuk dijadikan teman. Juga telah terbukti manfaat kegiatan yang kita lakukan tak cuma berarti bagi para anggota yang tergabung di dalamnya, tetapi lebih daripada itu, bermanfaat bagi orang banyak, lebih besar daripada komunitas itu sendiri. Sehingga tidak ada alasan untuk tidak merayakannya secara spesial dari tahun ke tahun.

Tahun ini saja, dari Januari sampai dengan April 2010, rentetan kegiatan yang Goodreads Indonesia lakukan sudah membuktikan itu:

Bulan Januari 2010

1. Klub Buku GRI #1: Negeri 5 Menara - 10 Januari 2009
Pertama kalinya Klub Buku GRI dilaksanakan secara nyata di TM Bookstore, Depok Town Square dengan menghadirkan Ahmad Fuadi, penulis novel Negeri 5 Menara.

2. Kumpul-Kumpul GRI Yogya (Kopdar Yogya) – 17 Januari 2010 adalah kali pertama para pembaca di Yogyakarta mulai berkumpul dan bergiat.

3. Citiwalk-Wiskul-Karaoke GRI #3 (GRI Bandung) - 30 Januari 2010

4. Bantuan tahap kedua “Bangun Kembali Padang dengan Buku” – 31 Januari 2010 Kali ini Goodreads Indonesia berhasil mengumpulkan dan mengirim 177 kg bantuan buku dan peralatan sekolah.

Bulan Februari 2010

5. Klub Buku GRI #2: "Sesi Berbagi: Menulis Review dari Curhat sampai Telaah Karya" -- 14 Februari 2010 bersama Bambang Budjono (eks-redaksi Tempo) dan Damhuri Muhammad (pengulas buku)

Bulan Maret 2010

6. Kampanye Bersama: Pameran dan Diskusi “Pelarangan Buku Menutup Jendela Dunia " -- 14 – 17 Maret 2010 bekerjasama dengan ELSAM – ISSI – Ruang Rupa – Grafisosial Indonesia – Dewan Kesenian Jakarta, Propagraphic Movement – Goodreads Indonesia – YLBHI – Forum Indonesia Membaca – Yayasan Jurnal Perempuan – Koas N Roll – Atap Alis – Bujangan Urban – Sakitkuning Collectivo – STENZILLA – Serum.

7. Klub Buku GRI # 3: "Fantasi Indonesia, mungkinkah memikat pembaca?"" -- 14 Maret 2010 bersama R.D. Villam (penulis), Tyas Palar (penulis), dan Poppy D. Chusfani (penulis/penerjemah)

8. Karaoke GRI #4 -- 20 Maret 2010

9. Garuda, Masihkah di Dadaku?: Pemutaran film dan Diskusi bersama Nanang R. Hidayat (Penulis) dan Dr. Asvi Warman Adam (Sejarawan) – 25 Maret 2010 bekerjasama dengan Sahabat Museum.

Bulan April 2010

10. Kopdar GRI Yogya #2 - 3 April 2010

11. Kopdar GRI Banjarmasin - 4 april

12. Jelajah Giganto #2: "Mencari Jejak Giganto" – 10 April 2010 bekerjasama dengan Borneo Orangutan Survival (BOS) dan didukung oleh Kurniaesa Script Agency & Author Management (KEA) dan Kebun Binatang Ragunan

13. Klub Buku GRI # 4: "Karena Setiap Perempuan adalah Perawan" -- 18 April 2010 bersama Sanie B. Kuncoro (penulis), Aquino Hayunta (Jurnal Perempuan), dan Layli Dayanti (psikolog).

14. World Book Day 2010: "Book Swap Akbar" dan amal buku untuk Sejuta Buku untuk Anak Indonesia (SeBUAI) dan Bai Tualeka

Dan daftar tadi belum menghitung kerjasama yang Goodreads Indonesia lakukan dengan:

a. Radio Republik Indonesia Pro 2 FM untuk menyiarkan serunya membaca di "On Air with GRI" di acara Pro Resensi.

b. Portal Seni dan Budaya Indonesia.seni untuk ikut mengelola bersama kolom Sastra dan Film dengan memasukkan resensi secara reguler.

Aku kira masih banyak energi yang akan kita keluarkan lagi, karena tampaknya anggota Goodreads Indonesia sungguh-sungguh (hiper)aktif.


2. Dimulainya strukturisasi penyelenggaraan Goodreads Indonesia merupakan pencapaian bahwa pembaca dapat berorganisasi dan mampu mengorganisasikan kebutuhannya sendiri.

"Banyak kepala, banyak keinginan." Begitu pula yang terjadi di komunitas pembaca Goodreads Indonesia selama 3 tahun ini. Sadar atau tidak sadar, semua kita mempunyai kebutuhan yang berupaya kita penuhi lewat bergabung dengan komunitas ini. Agar semua kebutuhan itu bisa dipenuhi perlu dikelola secara tepat.

Bagaimana cara mengelola lebih 3.500-an kebutuhan selama ini?

Kopdar/pertemuan adalah cara yang tepat untuk mengumpulkan kebutuhan-kebutuhan anggota komunitas, malah dapat dikatakan kopdar adalah saat dimana kebutuhan-kebutuhan anggota bertemu dan dirumuskan. Karena saat bertemu dengan pembaca lain biasanya tercetus kebutuhan bersama, baik dalam rumusan kegiatan yang mau diadakan, harapan, dan kritikan, yang bisa dijadikan pegangan untuk berkegiatan. Maka kota-kota yang sudah melakukan kopdar biasanya dapat merumuskan kebutuhan mereka sendiri dan bagaimana caranya memenuhi kebutuhan itu. Kota-kota yang dihuni anggota GRI seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Makasar, Banjar selama ini sudah melakukan kopdar dan geliat kegiatan GRI langsung tampak karena tepat sasaran.

Kopdar semacam ini harus didukung menjadi dinamika anggota-anggota pendukungnya, yang kita sepakati menjadi tanggungjawab para penghuni di masing-masing kota. Dulu, para pengkritik selalu menyorot bahwa kegiatan GRI terlalu Jakarta-sentris, namun kritikan itu tidak berdasar. Untuk bisa menggelar kegiatan kopdar haruslah datang pertama-tama dari para GRI yang menghuni kota tersebut. GRI Yogyakarta berhasil membuktikan bahwa tanpa intervensi mereka bisa menggelar kopdar, bahkan baru saja kopdar ke-2 dilakukan. GRI Makasar, GRI Banjarmasin telah lebih dulu membuktikan bahwa semua itu bisa dilakukan tanpa “rezim kontrol dari Jakarta”. Semua tuduhan dan kritikan itu tidak berdasar. Malah sebaliknya membuktikan para pengkritik tidak pernah sungguh-sungguh berupaya menggalang sesama anggota GRI di kotanya untuk berkumpul dan berbuat.

Siapa yang mau mengelola kebutuhan-kebutuhan ini?

Untuk menjadi perhatian bersama, tidak ada satu orangpun yang digaji oleh Goodreads Indonesia. Semua gratisan! Yang diterima hanya tepukan di bahu atau paling sekedar ucapan terima kasih semata, itupun kalau ingat. Semua yang selama ini mengelola adalah para sukaRELAwan, orang yang MAU meluangkan waktu di sela kepadatan jam-jam bekerja atau menuntut ilmu. Para sukarelawan ini benar-benar bekerja dilandaskan atas rasa suka pada buku dan kepercayaan pada misi yang diemban Goodreads Indonesia. Maka niscaya tidak ada (thx Panda atas koreksinya -AS) Goodreads Indonesia tanpa keberadaan mereka-mereka ini.

Termasuk di dalam para sukarelawan adalah para moderator. Kalau belakangan ini secara sembunyi-sembunyi ada pembicaraan sejumlah teman di Goodreads yang mempersoalkan moderator, ijinkan aku menjelaskan agar tidak terbit pandangan bahwa moderator adalah SEGALANYA yang hinggap secara picik di kepala sejumlah teman.

Dalam sejarahnya, grup ini diawali oleh pendiri sekaligus moderator Femmy Syahrani, hingga orang-orang mulai bergabung. Femmy menghimpun semua pembaca yang ada di Goodreads dengan tujuan mengumpulkan buku-buku berbahasa Indonesia dan mengunggahnya. Baru kemudian, setelah pelaksanaan Kopdar I Goodreads Indonesia, moderator bertambah 1 orang, yakni aku. Selama 1,5 tahun sendirian sebagai moderator, aktivitas GRI mulai digiatkan tak hanya di online, tetapi juga mulai banyak kegiatan nyata yang langsung bersinggungan dengan masyarakat. Setelah kewalahan, akhirnya aku memilih 7 orang pembantu moderator (co-moderator) yang dapat meringankan tugas-tugas moderator yang mulai bertumpuk. Kemudian, barulah di usia ke-2, Goodreads Indonesia mempunyai 8 moderator terpilih dari hasil Musyawarah Akhir Tahun Goodreads Indonesia (MATA GRI) 2009.

Sebetulnya moderator itu apa dan bagaimana bekerjanya?

Dari pengalaman selama hampir 3 tahun, aku memahami sesungguhnya moderator adalah seseorang yang mengelola kebutuhan komunitas. Orang ini harus memikirkan bagaimana komunitas bisa mendapatkan kebutuhan-kebutuhan agar komunitas itu semakin maju dan berupaya untuk menjadikan harapan-harapan para anggotanya menjadi nyata. Bila kebutuhan selama ini sudah dirumuskan lewat kopdar, maka tugas moderator yang utama adalah menjadikan kebutuhan-kebutuhan yang telah dirumuskan di kopdar terjadi dalam waktu penugasannya. Tugas lain adalah memoderasi kegiatan online dan nyata, menjaga suasana tetap sehat dan bermartabat, dan melakukan kerjasama-kerjasama dengan pihak luar agar komunitas semakin besar dan kuat.

Dalam menjalankan tugasnya, tidaklah mudah mengelola kebutuhan komunitas. Yang pasti, tidak semudah kedengarannya. Ada banyak kepentingan, jujur juga banyak tekanan yang terjadi, maka moderator bekerja dengan cara memilih mana yang bisa memenuhi kebutuhan lebih banyak orang daripada kepentingan orang per orang. Pilihan moderator tentu tidak bisa membuat semua orang bahagia. Kadang-kadang harus ada yang dikorbankan! Dalam kejadian terhadap diriku sendiri, yang aku korbankan selama ini adalah hidup, karir, dan keluargaku sendiri. Moderator/co-moderator lain punya daftar apa yang mereka korbankan: bisa jadi uang, bisa jadi pertemanan, bisa jadi waktu. Tetapi pembenaran untuk semua itu adalah KERELAAN untuk menjadikan komunitas Goodreads Indonesia ini besar dan kuat seperti sekarang ini. Siapa yang MAU mengemban hal-hal di atas dan di dalam prosesnya mendapat dukungan kepercayaan dari teman-teman, silakan mengajukan diri menjadi moderator!

Bagaimana proses pemilihan moderator?

Lewat mekanisme yang ada sekarang berarti moderator dipilh pada Musyawarah Akhir Tahun Goodreads Indonesia (MATA GRI) setiap akhir tahun. Peserta musyarawah adalah para anggota yang aktif di berbagai daerah yang diundang oleh moderator untuk bersama-sama mengevaluasi kerja Goodreads Indonesia selama setahun terakhir, mengaudit keuangan, menyusun agenda setahun mendatang, dan memilih moderator yang baru.

Mengapa dengan undangan? Karena harus dipastikan orang yang diundang MAU dan BERKEMAMPUAN untuk terlibat dalam seluruh proses musyawarah hingga selesai. Faktor lain adalah mengenai tempat penyelenggaraan dan pembiayaan.

Pada saat penyelenggaraan MATA GRI, moderator yang selama ini bertugas langsung demisioner dan memiliki derajat yang sama dengan peserta musyawarah lainnya. Peserta MATA GRI mengajukan kandidat nama-nama moderator yang dinilai mampu. Idealnya, karena peserta beragam dari berbagai daerah, nama-nama itu mewakili aspirasi banyak anggota. Baru kemudian dilakukan mekanisme voting (1 orang memiliki 2 suara) untuk memilih siapa yang akan menjadi moderator Goodreads Indonesia.

Apakah moderator yang sekarang sudah ideal? Sudah mewakili 'Indonesia'?

Saat undangan MATA GRI 2009 diedarkan, dari kota selain Jakarta, hanya ada Rhe dari GRI Yogya. Sangat disayangkan nama-nama seperti Abdyka Wirmon dan Mel Chandra (GRI Bandung) tidak datang. Begitu pula nama-nama seperti Irfin (GRI Makasar), Iyut (GRI Yogya), Suryati Zamzam (GRI Cirebon), dan lain-lain juga tidak bisa datang yang tentu saja karena jarak yang jauh dan berat di ongkos. Sehingga secara jujur harus dikatakan kondisi yang mewakili 'Indonesia' tidak tercapai.

Namun kita harus berangkat dari kondisi material yang ada, bukan ideal. Kondisi yang ada adalah para peserta MATA GRI 2009 mampu mengajukan nama-nama orang yang dinilai memiliki kemampuan untuk menjadi moderator Goodreads Indonesia, sehingga agenda pemilihan moderator terus dilaksanakan. Lewat mekanisme voting, terpilih 8 moderator. Sejumlah nama seperti dari Nanto Sriyanto, Vera Damiri, Ronny Agustinus menolak untuk dicalonkan.

UNTUK mengatasi tidak terwakili 'Indonesia', diputuskan lewat MATA GRI 2009 untuk memilih Koordinator-Koordinator Kota. Inilah nama teman-teman yang menyatakan bersedia menjadi Koordinator Kota GRI dan diakui resmi lewat pemberian surat tugas oleh moderator Goodreads Indonesia:

1. Abdyka Wirmon - Koordinator Kota Bandung dan sekitarnya.
2. Mia Ayustina (drama queen)- Koordinator Kota Denpasar Bali dan sekitarnya.
3. Fanina - Koordinator Kota Padang Sumatera Barat dan sekitarnya.
4. Yudhistya Sudibya (Iyut) - Koordinator Kota Yogyakarta dan sekitarnya.
5. Ika Agustina (Buzenk) - Koordinator Kota Bogor dan sekitarnya.
6. Irfin - Koordinator Kota Makasar dan sekitarnya.
7. Yohanes Agung (Gonk) - Koordinator Kota Surabaya dan sekitarnya.
dan sejumlah nama lain yang masih menunggu konfirmasi.

Selain itu, untuk mengelola kebutuhan-kebutuhan spesifik, dipilih sejumlah Koordinator Khusus yang telah bersedia dan diakui resmi lewat pemberian surat tugas oleh moderator Goodreads Indonesia sebagai berikut:

1. Truly Rudiono - Koordinator Khusus Kerjasama Penerbit dan Toko Buku
2. Palupi Saesti (Palsay) - Koordinator Khusus Merchandising Goodreads Indonesia
3. Dahlia Syamsulyana - Koordinator Khusus Keuangan Goodreads Indonesia
4. Jimmy Simanungkalit - Koordinator Khusus Program Siaran Goodreads Indonesia (ditambahkan karena lupa mencantumkan sebelumnya. Maaf ya Jim! - AS)

Dengan demikian, diharapkan SEGALA BENTUK KEBINGUNGAN, KERAGUAN, PERTANYAAN seputar moderator menjadi terang-benderang jelasnya dan menunjukkan tidak ada yang disembunyikan bagi semua kita.

Bila masih tidak setuju atau berkeberatan, aku persilakan untuk menunggu pelaksanaan MATA GRI 2010 untuk memilih moderator atau sistem yang baru. Untuk sementara kita hormati yang ada sekarang ini daripada menggerogoti komunitas ini dari dalam dengan pikiran negatif yang membuang-buang energi.

Satu hal yang pasti dan tidak akan berubah, aku tidak ingin dipilih kembali sebagai moderator di periode yang akan datang. Maka terbuka satu peluang bagi teman-teman yang selama ini mengkritik, mengembosi dari dalam, untuk menjadi moderator bila mau. Tahun 2011, aku ingin kembali menjadi penyampah.

3. Regenerasi adalah transfer gagasan dan keteladanan.

Regenerasi adalah isu yang penting dan telah jauh-jauh hari dipikirkan solusinya. Goodreads Indonesia mempunyai cara regenerasi yang pantas diacungi jempol. Regenerasi di Goodreads Indonesia bukanlah soal memberikan estafet kepada yang muda, tetapi yang paling penting adalah upaya mentransfer gagasan dan keteladanan.

Gagasan menjadi komunitas pembaca yang aktif sampai hari ini terus menjadi misi yang diestafetkan ke semua anggota Goodreads Indonesia. Ketika tongkat estafet diberikan, tentu saja ada yang diam tak bereaksi, tapi cukup banyak juga yang "berlari". Dari sekian yang berlari itulah Goodreads Indonesia mendapatkan generasi baru pembaca aktif.

Keteladanan selama ini dimaknai dengan melibatkan sebanyak mungkin anggota dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Goodreads. Kita memberi teladan bahwa kegiatan baca adalah kegiatan seru dan banyak hal positif yang muncul dari kegiatan baca. Lewat kerja-kerja organisasi, keteladanan menjadi praksis yang dialogis, bukan dogmatis.

Dimana tempat atau situasi yang tepat untuk melakukannya? Menurutku, kopdar adalah sarana, tempat, dan situasi yang tepat untuk melakukan transfer gagasan dan keteladanan ini. Apalagi karena nantinya akan dilakukan secara serentak, maka dapat dihitung generasi baru pembaca aktif yang dilahirkan pasca-kopdar nanti.

Teman-teman yang baru akan melihat apa sesungguhnya yang membuat Goodreads Indonesia menjadi rumah yang menyenangkan bagi para pembaca dan mengapa komunitas ini besar dan kuat. Sebabnya cuma satu: karena kita saling percaya bahwa membangun komunitas pembaca yang aktif itu perlu dan saatnya pembaca mempunyai posisi yang lebih baik dalam dunia perbukuan di negeri ini.


Inilah tiga (3) hal yang jauh lebih penting untuk dilihat pada penyelenggaraan milad Goodreads Indonesia setiap tanggal 7 Juni. Kepada moderator, koordinator-koordinator kota, dan pembaca aktif di Goodreads Indonesia, selamat mempersiapkan milad GRI.

Ingatlah untuk jadi pembaca aktif, karena baca itu seru.

Amang Suramang
email: amang1984@gmail.com