19/02/14

[Klub Siaran GRI] 1 Februari 2014 @ Radio Pelita Kasih 96.3 FM

Hai, teman-teman!

Berikut adalah link siaran kami pada tanggal 1 Februari.Bagi yang kemarin tidak sempat mendengarkan, cek yang satu ini ya :D

01 Februari 2014 -> http://chirb.it/K2K9cp

Dalam siaran kali ini kami memahas buku "Aku Jujur" serta membacakan beberapa isinya untuk pendengar. Siaran kami juga bisa didengarkan secara streaming melalui www.radiopelitakasih.com. Dengerin terus Klub Siaran GRI setiap Sabtu pukul 07.00-08.00 WIB hanya di You 'n the City 96.3 FM Radio Pelita Kasih.


 

[Klub Siaran GRI] 8 Feruari 2014 @ Radio Pelita Kasih 96.3 FM

Hai, teman-teman!

Berikut adalah link siaran kami pada tanggal 8 Februari.Bagi yang kemarin tidak sempat mendengarkan, cek yang satu ini ya :D

08 Februari 2014 -> http://chirb.it/E7AphP

Dalam siaran kali ini kami memahas buku "Made of Stars" oleh Hana Krisviana dan "Cosplay Couple" oleh Adrindia Ryan. Siaran kami juga bisa didengarkan secara streaming melalui www.radiopelitakasih.com. Dengerin terus Klub Siaran GRI setiap Sabtu pukul 07.00-08.00 WIB hanya di You 'n the City 96.3 FM Radio Pelita Kasih.

[LPM]Diskusi "Niskala" bersama Daniel Mahendra @TogaMas Buahbatu.

Setelah lebih dari satu tahun "libur", akhirnya GRI Bandung bikin acara lagi. Kali ini bukan sekedar kopdar, tapi juga diskusi novel "Niskala" yang dihadiri penulisnya Daniel Mahendra.

Mundur sedikit dari jadwal, diskusi dibuka oleh Abdyka, koordinator Goodreads Indonesia untuk wilayah Bandung. Dan, tak sedikit pengunjung Toga Mas Buah Batu yang awalnya hanya berkunjung kemudian ikut duduk untuk mendengarkan diskusi.

Diskusi yang dipandu oleh Barokah Ruziati, atau yang biasa dipanggil Mbak Uci, dibuka dengan pertanyaan: "bagaimana ceritanya novel ini menjadi mahar pernikahan?"
DM - panggilan akrab Daniel Mahendra senyum-senyum mendengar pertanyaan itu. "Kalau kasih perhiasan, kasih sedikit malu, kalau banyak nggak mampu belinya," jawab DM sambil tertawa. "Tapi mahar ini sesuai permintaan Lita," lanjut DM, yang kemudian menjelaskan "sejarah singkat" pertemuannya dengan isterinya itu.

Mbak Uci kemudian melanjutkan obrolan mengenai perjalanan. Mulai dari pengalaman DM pergi ke Tibet dan Rinjani, dua dari beberapa tempat yang menjadi setting di novel ini, hingga akhirnya menyentuh konsep pulang.

"Dulu saya hanya travelling, kemudian menulis, untuk kemudian travelling lagi. Begitu terus," kata DM. "Namun setelah bertemu Lita, dan menikah, saya jadi tahu makna sebenarnya dari pulang," tambahnya.

Obrolan kemudian berganti topik mengenai perbedaan keyakinan yang menjadi konflik dalam cerita "Niskala". "Justru konflik inilah yang menjadi inti cerita dari Niskala," jelas DM. Islam Sahitya, aliran yang diceritakan tentu saja tidak ada. "Dan itu bisa diartikan sebagai aliran apa saja, entah itu Ahmadiyah, Syiah, atau apapun," kata DM lagi.

Ketika ditanya siapa panutan dalam menulis, DM tanpa ragu menjawab "Gola Gong!" Satu hal yang begitu menginspirasi DM adalah kemampuan Gola Gong untuk menjadi penulis yang produktif, meski harus mengetik dengan hanya menggunakan satu tangan. "Kalau kita yang masih bisa mengetik dengan dua tangan tapi tidak produktif, malu rasanya," kata DM.

Ada yang menarik dari diskusi ini, karena ada satu pengunjung yang datang telah beberapa kali membeli "Niskala" untuk dihadiahkan kepada orang lain. "Karena Niskala bisa menjawab pertanyaan yang sering diajukan orang kepada saya," kata Aldi, nama pengunjung itu.

Diskusi ini kemudian ditutup dengan pertanyaan "bagaimana kisah Sanggita selanjutnya?" DM menjelaskan bahwa memang banyak orang yang telah membaca Niskala bertanya mengenai nasib tokoh utama wanita dalam cerita ini. "Jawabannya ada di sekuel novel ini," kata DM.

Acara yang berlangsung lebih dari satu jam ini kemudian ditutup dengan sesi tanda tangan dan foto bersama dan beberapa anggota Goodreads melanjutkan obrolan kecil di sebuah kafe diseberang Togamas Buahbatu sembari mendiskusikan pelaksanaan Kopdar Tahun ini. Diiringi rintik hujan dan minuman panas dengan berlatar belakang suara pertandingan sepakbola, diputuskan KopDar akan diadakan tanggal 13 april 2014. Sampai jumpa disana :D 

(Abdyka, Koordinator Wilayah GRI Bandung)

11/02/14

LPM Klub Buku Offline #1: Mahir Pradana

Sabtu, 01 Februari 2014 sebuah diskusi hangat “Rhapsody” hadir di tengah-tengah Bamboo Dimsum Radio Dalam, Jakarta Selatan. Sekitar tiga puluh orang turut menghangatkan suasana diskusi. Diskusi klub buku kali ini dipimpin oleh seorang moderator yang juga berteman baik dengan sang penulis, yakni Mia Fiona. Mia membuka diskusi dengan subjudul dari Rhapsody, ‘selalu ada alasan untuk pulang’. Mahir Pradana menjelaskan bahwa sejauh apapun kita pergi menjauh dari kota asal, akan selalu ada alasan untuk pulang ke rumah. Proses pencarian kata ‘selalu ada alasan untuk pulang’ ini menghabiskan waktu dua bulan.

Rhapsody, yang berarti irama kebahagiaan ini punya proses yang cukup panjang. Penentuan judul buku ini melalui beberapa nama, mulai dari Dream Together, Makassar Paradise, Istana Langit sampai akhirnya kepada Rhapsody, ide sang editor. Lalu, Makassar Paradise yang merupakan ide dasar dari Rhapsody ini terinspirasi dengan Hostel Helter Skelter di Berlin. Sebuah hostel yang menjadi mimpi dari tokoh utama dilatarbelakangi oleh pemilik hostel nyentrik yang ditemui langsung oleh Mahir. Faktanya, hingga kini belum ada hostel yang nuansanya benar-benar tergambar di Makassar Paradise. Label Makassar Paradise sendiri diambil dari judul lagu Coldplay, Paradise. Makassar, yang memang menjadi setting tempat Rhapsody diambil Mahir karena Mahir Pradana adalah seorang laki-laki Makassar, yang sangat mengenal daerah itu.

Diskusi berlanjut mengenai karakter-karakter yang muncul di dalam Rhapsody. Berbeda dari penulis lain, Mahir Pradana dengan khasnya menciptakan setiap karakter yang dimunculkan di setiap bukunya, terutama dalam Rhapsody ini. Abdul Latif Said atau yang dikenal dengan Al diceritakan sebagai tokoh utama yang bermimpi memiliki sebuah hostel yang nyaman untuk para traveler yang berkunjung ke tanah kelahirannya, Makassar. Al tentunya terisnspirasi dariseorang Mahir Pradana sendiri. Mimpi-mimpi Al sebenarnya refleksi dari mimpi-mimpi Mahir sendiri, kecuali untuk Makassar Paradise, hanya Al yang memiliki mimpi ini. Nama Abdul Latif diambil Mahir, karena berciri khas Indonesia juga sebagai plesetan, “Abdul Latif itu menggambarkan laki-laki Indonesia, dengan panggilannya Si Al (baca: sial)." Miguel Luis Carrion Martinez, seorang Spanyol yang muncul tiba-tiba dan akhirnya menjadi kakak ipar Al ini terinspirasi dari teman sepermainan Mahir Pradana. “Namanya sama-sama Miguel, sama-sama berasal dari Spanyol dan sama-sama supel orangnya” Mahir menjelaskan. Mahir bercerita bahwa dia memiliki dua orang teman ketika di Swiss, yaitu Miguel dan Jose yang selalu postive thingking. Hingga Mahir menciptakan seorang Miguel dengan sifat yang sama persis dengan Miguel dan Jose. Nama Miguel sebenarnya perpaduan antara nama Miguel dan nama belakang Jose. Lalu Bambang atau lebih dikenal dengan sapaan Bebi. Seorang banci Makassar yang sangat kental okkotsnya ini diciptakan Mahir karena ingin memunculkan sosok sidekick yang terinspirasi dari karakter Emon-nya Catatan si Boy.

Simon, seorang tour guide yang didatangkan Mahir untuk mempromosikan Makassar. Melalui Simon ini, Mahir memperkenalkan metode “Free Tour Guide” sambil menyisipkan kepariwisataan Makassar. Free tour guide ini memang benar ada, di mana seorang tour guide akan mengantar rombongan tur dan bercerita mengenai sejarah terkait lokasi-lokasi bersejarah di suatu kota, jika puas wisatawan bisa memberinya tips secara sukarela jika tak puas tak usah bayar. Mahir menemui metode ini di Praha. Nadia, seorang gadis yang mengisi hari-hari Al selama di Eropa diceritakan Mahir sebagai konflik cinta Al. Cerita cinta Al-Nadia terinspirasi dari kisah-kisah cinta anak muda pada umumnya. Siti Zulaikha Said atau Siska, kakak perempuan Al yang terpaut sepuluh tahun ini digambarkan sebagi sosok perempuan yang bitter dan suicidal. Karakter Siska ini diambil dari karakter-karakter di sekelilingnya. Sari Desiana, teman SMP Al yang menjadi cinta terakhir Al ini terlahir dari ‘Sari’-nya Mahir. Karakter-karakter Sari ditumbuhkembangkan Mahir sesuai dengan ‘Sari’ sesungguhnya dan kisah cinta yang dialami Al juga hampir sama dengan yang dialami Mahir.

“Rhapsody ini berkomposisi 60% fiksi dan 40% fakta, bagian mana yang fiksi dan bagian mana faktanya?” tanya Ayu, salah seorang peserta diskusi. Mahir menjelaskan bahwa fakta yang tersusun di Rhapsody ini lebih banyak berupa gambaran-gambaran keunikan setiap kota yang diangkatnya, mimpi-mimpi Al tentang keinginannya membahagiakan kakak perempuannya juga tentang kisah cintanya dengan Sari. Sementara sisanya adalah fiksi, seperti Hostel Makassar Paradise yang belum pernah ada di Makassar. ‘Banco de Favores’, konsep bank budinya Paul Coelho yang diangkat Mahir ini menjadi pertanyaan Jul, salah seorang peserta diskusi. Dia bertanya mengapa dia mengangkat konsep tersebut padahal belum tentu pembaca Rhapsody juga pembaca The Zhahir-nya Paul Coelho. Mahir lalu bercerita bahwa, cerita Al yang berjumpa dengan Agatha Carrion memang benar-benar terjadi pada dirinya. Hanya latar tempat, nama belakang Agatha dan orang yang terlibat yang berbeda. Kalau Al mengalami kejadian itu di Berlin dan sendirian mengangkat lemari besar itu, Mahir mengalaminya bersama tiga orang temannya di Paris. Awalnya, Al dan Mahir sama-sama enggan untuk menolongnya, karena memang wanita itu orang yang tidak dikenalnya namun pada akhirnya keduanya membantunya dengan ikhlas. Al mendapat balasan kebaikan itu melalui Miguel, anak laki-laki Agatha. Sejak saat itu, Mahir percaya bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan kepada seseorang merupakan tabungan yang suatu saat dapat kembali ke kita sendiri melalui orang lain. Inilah yang kemudian diadaptasi ke dalam Rhapsody melalui Al, Agatha dan Miguel.

Selain karakter-karakternya yang digambarkan kuat oleh Mahir, Rhapsody ini juga dihiasi dengan syair-syair lagu pembuka di setiap awal cerita juga disisipi Lesson of Life. “Saya sebenarnya lebih suka Snow Patroll” kata Mahir. Syair-syair lagu Coldplay diangkat Mahir karena nama hostel Makassar Paradise diambil dari judul lagu Paradise-Coldplay. Mahir membuat Al mencintai Coldplay yang pada akhirnya juga mencintai Snow Patroll. Lalu Lesson of Life yang disisipkan dicerita diambil dari pengalaman-pengalaman hidup pribadi seorang Mahir Pradana. Syair lagu dan Lesson of Life ini menjadi ciri khas Rhapsody dari buku sebelumnya.

Diskusi semakin seru dengan pertanyaan-pertanyaan unik seperti pertanyaan Selvi, “Di Rhapsody ini, Mahir menciptakan tokoh utama seorang cowok bernama Al, mungkinkah di buku-buku selanjutnya Mahir akan melahirkan tokoh utama cewek?”. Pertanyaan sekaligus tantangan ini ditanggapi Mahir dengan serius. Mahir sudah berencana dan akan mencoba membuat cerita dengan tokoh utama seorang cewek. Mahir juga mengaku kesulitan dalam menciptakan tokoh utama cewek. “Penciptaan karakter-karakter cewek SMA buat saya agak sulit. Tapi saya akan coba.” “Dan memang agak sulit untuk seorang penulis menciptakan sekaligus menginterpretasikan karakter lawan jenisnya menjadi tokoh utama. Leila S. Chudori memang berhasil dalam Pulang-nya namun levelnya sudah tinggi. Ada juga yang pernah membuat seperti itu, hanya rasanya bisa dibayangkan sendiri kalau ada seorang tokoh cowok macho tapi Beyonce jadi soundtrack hidupnya. Tak ada salahnya sih, namun…. Ya bisa dibayangkanlah.” Jelas Mahir sambil senyum-senyum.

“Penulis favorit Mahir siapa? Dan apakah penulis ini berpengaruh besar dalam karya-karya Mahir?” tanya Harun, peserta diskusi klub buku. Mahir menjawab, salah satu penulis favoritnya adalah Nick Hornby. “Rhapsody ini sedikit banyak dipengaruhi oleh High Fidelity-nya Nick Hornby”. Penulis lainnya yang disebutkan adalah Aditya Mulya dengan Jomblo-nya.

Pukul 3 sore, diskusi ditutup dengan foto bersama Mahir Pradana. Semua peserta diskusi klub buku Rhapsody tersenyum puas, puas berinteraksi langsung dengan Mahir Pradana juga puas dengan dimsum-dimsum yang sangat lezat dan mengenyangkan. Semoga bermanfaat!! Trims. :)