11/01/11

Catatan Akhir Tahun 2010 Goodreads Indonesia: Menyambut Gerakan Masyarakat Pembaca Aktif

CATATAN AKHIR TAHUN 2010 GOODREADS INDONESIA
Menyambut Gerakan Masyarakat Pembaca Aktif


Dalam rangka merangkum kiprah tahun ketiga keberadaan Goodreads Indonesia (GRI), izinkan saya menguraikan catatan yang saya simak dari pelbagai kegiatan yang telah dilakukan komunitas pembaca aktif GRI ini selama tahun 2010. Catatan ini saya upayakan bisa berlaku secara umum meskipun sulit untuk dikatakan tidak ada aspek personal yang terlibat di dalamnya, karena bagaimanapun subyektivitas saya sebagai pencatat sekaligus pelaku bisa sangat bias dalam melaporkannya.

Lewat Musyawarah Akhir Tahun Goodreads Indonesia (MATA GRI) tahun 2009, dirumuskan berbagai hal, termasuk di dalamnya merumuskan kegiatan-kegiatan komunitas ini selama setahun berikutnya mulai dari bulan Januari sampai dengan Desember 2010. Hal ini selaras dengan permintaan yang disampaikan anggota lewat survei internal pada bulan Juni 2009 yang mengharapkan kegiatan-kegiatan GRI bila memungkinkan diagendakan jauh-jauh hari bukan lagi kegiatan yang sifatnya dadakan dan tanpa perencanaan.

Berikut adalah daftar kegiatan yang dilakukan oleh GRI dan catatan dari masing-masing kegiatan tersebut.

1. Klub Buku GRI #1: “Baca itu seru!” - 10 Januari 2010
Pertama kalinya Klub Buku GRI dilaksanakan secara nyata di TM Bookstore, Depok Town Square dengan menghadirkan Ahmad Fuadi, penulis novel Negeri 5 Menara.

2. Kumpul-Kumpul GRI Yogya (Kopdar GRI Yogya #1) – 17 Januari 2010
Para pembaca di Yogyakarta mulai berkumpul dan bergiat.

3. Klub Buku GRI #2: "Sesi Berbagi Menulis Review dari Curhat sampai Telaah Karya" – 14 Februari 2010.
Mengupas teknik dan seni menulis timbangan buku bersama Bambang Budjono (eks-redaksi Tempo) dan Damhuri Muhammad (pengulas buku). Dimeriahkan peluncuran Buku "The Death to Come (The Search for Merlin, #1) karya Tyas Palar.

4. Citywalk-Kuliner-Karaoke GRI Bandung (Kopdar GRI Bandung)

5. Kampanye Bersama Pelarangan Buku dari Jaman ke Jaman - 14 Maret 2010
Diisi dengan kegiatan pameran bersama dan diskusi “Menolak Pelarangan Buku" bekerjasama dengan Elsam dan sejumlah elemen masyarakat di Taman Ismail Marzuki

6. Klub Buku GRI #3: "Fantasi Indonesia: mampukah memikat pembaca?" – 14 Maret 2010
Menghadirkan R.D. Villam (penulis), Tyas Palar (penulis), dan Poppy D. Chusfani (penulis/penerjemah)

7. Pemutaran film dan Diskusi "Garuda, Masihkah di Dadaku?" – 21 Maret 2010
Menghadirkan Nanang R. Hidayat (Penulis) dan Dr. Asvi Warman Adam (Sejarawan) bekerjasama dengan Sahabat Museum di Museum Bank Mandiri

8. Kopdar GRI Yogyakarta #2 – 28 Maret 2010

9. Jelajah Giganto #2: "Mencari Jejak Giganto" – 10 April 2010
Bekerjasama dengan BOS dan KEA/Penerbit Edelweis menjelajahi Pusat Primata Schmutzer Ragunan bersama penulis "Giganto" Koen Setyawan. Diikuti oleh 100 siswa menengah.

10. Klub Buku GRI #4: "Karena setiap perempuan adalah perawan" – 18 April 2010
Menghadirkan Sanie B. Kuncoro (penulis), Aquino (Jurnal Perempuan), dan Layli Dayanti (psikolog).

11. Book Swap Akbar dan Amal Buku – 14 Mei 2010
Dalam rangka World Book Day 2010 di Pasfes. Terkumpul lebih dari 300 buku untuk Sejuta Buku untuk Anak Indonesia (SeBUAI) dan komunitas baca Bai Tualeka, Ambon.

12. Pemutaran dan diskusi "Oeroeg: Krisis Identitas Sebuah Bangsa" – 15 Mei 2010
Dalam rangka World Book Day 2010 di Museum Bank Mandiri

13. Plesiran Ngisor Ringin (Kopdar GRI Yogyakarta #3) – 15 Mei 2010
Pembaca di Yogyakarta berkumpul kembali, diisi dengan kegiatan book swap

14. Klub Buku GRI #5: “Komik Indonesia dari masa ke masa” – 23 Mei 2010
Menghadirkan Wahyu Sugianto (Masyarakat Komik Indonesia), Gerdi Wiratakusuma (komikus senior) dan Gupta Mahendra (Penerbit Koloni/M&C)

15. Reriungan Bogor (Kopdar GRI Bogor #2) - 28 Mei 2010
Acara diawali dengan mengunjungi perpustakaan dan rumah sastrawan Pramoedya Ananta Toer, kunjungan ke Taman Baca Barudak, dan wisata buku di Bogor.

16. Tepang Sono Goodreaders Bandung-Kopdar - 12 Juni 2010
Acara dimulai dengan main futsal, lalu kumpul untuk acara kopdar memperingati 3 tahun Goodreads Indonesia.

17. Kopdar 3 Tahun GRI - 13 Juni 2010
Acara tahunan dalam rangka memperingati milad ke-3 GRI dimeriahkan dengan peluncuran kartu anggota dan peresmian Rumah Goodreads Indonesia


18. Klub Buku GRI #6: Jakarta Doeloe dan Kini - 20 Juni 2010
Mengupas persoalan jalanan, ruang terbuka, dan tata kota Jakarta dengan narasumber: Prof dr Firman Lubis (Penulis seri Jakarta), Nirmono Yoga (arsitek), dan Fadly Kurniawan (Editor Komunitas Bambu).

19. Workshop Manajemen Perpustakaan dengan Library of Senayan - 17 Juli 2010
Workshop singkat dengan mentor Hendro, pegiat perpustakaan dan trainer software Senayan. Diikuti oleh 20 anggota secara gratis.

20. Klub Buku GRI #7: Dongeng Klasik Sepanjang Masa - 18 Juli 2010
Membicarakan seputar dongeng-dongeng klasik dari mancanegara sampai negeri sendiri dengan narasumber: Ariyo Zidni (Komunitas Belalang Kupu-Kupu), Jia Effendi (editor Penerbit Atria), dan Khairi Rumantati (penulis dongeng anak).

21. Klub Buku GRI #8: Dilarang Gondrong: Sebuah Peristiwa – 14 Agustus 2010
Mengupas buku dan membincangkannya bersama Aria Wiratma Yudhistira dan Aristides Katoppo

22. Buka Puasa Bersama – 22 Agustus 2010
Dimeriahkan dengan nonton bareng “The House of The Spirits”

23. Reinventing Indonesia – 28 Agustus 2010
Berpartisipasi dalam pertemuan antar komunitas pembaca buku, atas undangan OTB Circle.

24. GRI Berbagi Cahaya Kasih – 28 Agustus 2010
Kegiatan amal kasih pembaca dengan berkunjung ke panti anak yatim dan berbagi kebahagiaan.

25. Klub Buku GRI #9: Romansa Kaum Urban – 26 September 2010
Keberadaan roman-roman yang dikenal dengan metropop dan mengupasnya bersama Syahmedi Dean (penulis), Christian Simamora (penulis/editor Gagas) dan Clio Freya (penulis).

26. Kopdar GRI Malang #1 – Oktober 2010
Para pembaca di Malang mulai berkumpul dan bergiat.

27. Klub Buku GRI #10: Kumcer vs Novel – 17 Oktober 2010
Serunya mengetahui seluk beluk penulisan kumcer dan novel bersama Bamby Cahyadi , Kurnia Effendi dan Wa Ode Wulan Ratna

28. Klub Buku GRI #11: Mencicip Kesenangan Lewat Kuliner dan Travelling – 14 November 2010
Mengupas seni traveling sambil omong-omong makanan enak bersama Rini Raharjanti , Matatita dan Dewi Fita

29. Nobar “The House of The Spirit” – 26 November 2010
Pemutaran film sekaligus menghadirkan penerjemah buku ini Ronny Agustinus di ajang FPPK/Create Festival.

30. Temu Penulis dan sharing session bertema “From good readers to good writers” – 27 November 2010
Menghadirkan Thia (penulis anak) dan Fita (penulis/kontributor) dalam ajang FPPK/Create Festival.

31. GRI Peduli Merapi – 31 November 2010
Aksi donasi dan menjadi relawan dalam sehari untuk para korban letusan Merapi oleh GRI Yogya.

32. Festival Pembaca Indonesia – 5 Desember 2010
Perhelatan akbar para pembaca yang digelar untuk kali pertama dan penyelenggaraan Anugerah Pembaca Indonesia 2010 untuk ajang apresiasi kepada insan perbukuan di Indonesia. Dimeriahkan oleh lebih dari 30-an stand berisi koleksi buku yang unik dan tematik. Dihadiri oleh 700 pengunjung dan 12.000 visitors di blog.

33. Klub Buku GRI #12: Review dan Preview
Evaluasi Klub Buku GRI bersama

Sebagai catatan, maka yang menjadi perhatian pertama saya adalah kegiatan apresiasi lewat Klub Buku GRI. Seperti yang kita tahu, pada tahun 2010 untuk kali pertama diadakan kegiatan tatap muka secara rutin Klub Buku GRI dengan mengandeng kerjasama dengan pihak kedua, dalam hal ini toko buku TM Bookstore yang berada di Depok Town Square, Depok dan Poins Square, Lebak Bulus. Kegiatan ini diadakan 12 kali dan berjalan baik serta banyak anggota GRI yang bersedia menjadi mendukung kegiatan tersebut dengan menjadi moderator dan penulis Laporan Pandangan Mata (LPM).

Keuntungan yang paling terasa: 1) pertemuan rutin ini bisa dijadikan tempat untuk para pembaca bertemu dan bersepakat. 2) Penulis dan pekerja di penerbitan mulai banyak mengenal GRI. 3) Acara ini mengenalkan komunitas dan lembaga lain ke GRI.

Adapun kekurangannya adalah: 1) Bila narasumber mendadak tidak bisa, acara yang sudah dipersiapkan jadi sedikit terganggu. 2) Adanya konflik internal toko buku dengan suatu penerbit yang terkadang mengganggu proses klub buku. 3) Keberadaan lokasi acara, yang di satu pihak lokasi TMBookstore Poins Square LB Bulus strategis tetapi kendalanya sepi, sementara di lain pihak TMBookstore Depok jauh namun justru anggota GRI banyak yang memilih datang.

Kegiatan apresiasi lain yang perlu mendapat catatan adalah Nonton Bareng. Selain kegiatan nonton bareng yang digelar dengan pertolongan dari sejumlah penerbit, GRI juga mengadakan kegiatan Nobar Garuda, Oeroeg, The House of The Spirits. Untuk film yang terakhir dibuat dua kali, yakni waktu buka puasa bersama dan pemutaran di FPPK/Create Festival.

Keuntungan penyelenggaraan acara ini bagi GRI adalah 1) “jalan mudah” yang bisa dinikmati oleh khalayak umum, dan kesempatan yang baik untuk mendorong orang untuk membaca bukunya yang memang tersedia. 2) momentumnya bisa disesuaikan dengan terbitnya/tersedianya versi buku di pasaran.

Sedang kekurangannya adalah 1) tidak mudah menemukan film dan buku yang tepat untuk ditonton karena kendalanya adalah durasi. Film yang cukup pendek dan ringan jauh lebih sedikit daripada film yang panjang. 2) peralatan untuk menonton (proyektor dan layar) yang harus tergantung pada ketersediaan dan kesediaan anggota GRI untuk meminjamkan.

Kegiatan lain yang perlu mendapat catatan adalah kegiatan Jelajah Buku. Pada MATA GRI 2009 direncanakan ada dua kali pelaksanaan Jelajah Buku, Jelajah Giganto 2 dan Jelajah Batavia Abad ke-20. Namun hanya Jelajah Giganto 2 saja yang terlaksana. Sedang yang kedua, diputuskan untuk dibatalkan karena waktunya terlalu dekat dan akan mengganggu persiapan Festival Pembaca Indonesia (IRF).

Untuk kegiatan Jelajah Giganto 2, saya memberikan catatan khusus. Berbeda dengan kegiatan Jelajah Giganto 1, pelaksanaan yang kedua menjadi spesial karena GRI membarenginya dengan kegiatan sosial untuk anak-anak usia sekolah. Masukan dari survei internal GRI mencantumkan harapan agar GRI menjangkau juga anak-anak usia sekolah (pembaca pemula) agar mencintai membaca dan formulasi pelaksanaan kegiatan Jelajah Giganto 2 dapat menjadi model kegiatan yang dapat menjadi rujukan GRI di kemudian hari. Karena dari kegiatan ini tampak jelas bagaimana anak-anak usia sekolah menikmati “serunya” kegiatan membaca lewat aktivitas jelajah dan belajar yang sangat kaya inspirasi. Respon dari anak-anak yang ikut dalam Jelajah Giganto 2 juga luar biasa karena mereka menilai acaranya bermanfaat, menarik, dan mereka menantikan kegiatan serupa di kemudian hari. Di samping itu, karena ini juga merupakan kegiatan sosial, anggota GRI banyak yang aktif terlibat baik sebagai penyumbang maupun sebagai penyelenggara.

Yang juga penting untuk diberikan catatan adalah gairah pertemuan kota yang telah dilakukan di Bandung, Yogyakarta, dan Malang. Terbukti benar bahwa proses tatap muka yang intens antara para pembaca aktif akan membuat setiap kota mampu merumuskan kegiatan yang tepat bagi pembaca yang menjadi anggotanya. Dari ketiga kota ini, GRI di kota-kota lain dapat belajar bahwa pengakomodasian kebutuhan pembaca di tingkatan kota akan mampu menjadi pengikat dan roh dari kegiatan GRI itu sendiri.

Selain daftar kegiatan di atas, ada sejumlah kegiatan yang berada di luar kegiatan internal. Yang pertama akan diungkapkan adalah kegiatan “On Air with GRI”. Selama tahun 2010 tim siaran sudah mengudara secara rutin setiap bulan di acara Pro Resensi RRI Pro2. Jadwalnya adalah di minggu pertama, mulai jam 14.00-15.00 WIB. Siaran ini merupakan bentuk kegiatan sosialisasi yang dapat digunakan untuk mengkampanyekan serunya membaca ke luar GRI sekaligus memperkenalkan GRI dan kegiatannya ke masyarakat umum. Untuk mendukung siaran, GRI telah melatih 5 anggota GRI lewat workshop radio bersama trainer terlatih. Namun masih ada kendala yang dihadapi: 1) Jadwal anggota tim siaran yang beragam, sehingga akhirnya dibagi menjadi dua tim. Pembagian ini juga terkait terlalu besarnya tim siaran. 2) Hasil sosialisasi belum dapat diukur efeknya secara langsung.

Catatan kedua adalah kegiatan kampanye penolakan pelarangan buku. Terkait dengan dikeluarkannya surat keputusan Kejagung yang melarang peredaran lima judul buku (Desember 2009), GRI mengeluarkan pernyataan sikap menolak pelarangan buku dan ikut dalam kampanye bersama. Hasilnya adalah rangkaian roadshow radio di RRI, RPK, dan VHR, kegiatan pameran, serta diskusi di Taman Ismail Marzuki. Kendalanya adalah kegiatan ini dilakukan nyaris tanpa persiapan memadai mengingat isunya juga mendadak, namun GRI menjadi komunitas pembaca paling aktif dalam menyuarakan penolakan pelarangan buku. Ketika akhirnya kebijakan diskriminatif itu dicabut, hal ini menjadi kemenangan bersama yang amat manis buat GRI.

Catatan ketiga adalah berkaitan dengan kegiatan kerjasama konten dengan rubrik seni budaya portal indonesiaseni.com dan rubrik “Jendela Buku” harian Media Indonesia. Keuntungan dari kegiatan ini adalah 1) GRI mempunyai wadah untuk menampung anggota GRI yang ingin mengapresiasi buku secara lebih intens 2) Kehadiran GRI mulai dikenal luas. 3) Penetrasi pesan yang dibawa GRI dengan selalu kritis saat memberi pertimbangan sebuah buku.

Catatan keempat terkait dengan kegiatan sosial, terutama menyediakan buku-buku bagi taman bacaan/perpustakaan. Keuntungan GRI adalah 1) Pembaca bisa benar-benar menunjukkan kepedulian kepada sesama. 2) Menunjukkan komitmen GRI untuk membuka diri (non-eksklusif) dan membangun masyarakat. Kendalanya adalah GRI bukan organisasi yang berfokus pada penyumbangan buku. Kesulitan datang saat harus melakukan pemilahan dan pengiriman buku. Selama ini dan untuk selanjutnya, kegiatan penyaluran bantuan buku akan dilakukan dengan mekanisme, bila buku tersedia akan segera dikirim.

Catatan kelima terkait dengan kegiatan World Book Day. Tahun 2010 merupakan tahun kedua keikutsertaan GRI dalam kegiatan Forum Indonesia Membaca ini. Keuntungan untuk GRI adalah 1) GRI dibebaskan untuk mengatur acara sendiri. 2) WBD merupakan forum yang tepat bagi GRI untuk bisa menunjukkan jati diri sebagai komunitas pembaca ke komunitas literasi lain. Kendalanya adalah 1) tidak tersedianya stand dibanding WBD 2009. 2) koordinasi dengan Forum Indonesia Membaca minim sehingga simpang siur.

Catatan keenam terkait dengan pengelolaan dana GRI. Ini menyangkut pemasukan GRI dari merchandise dan kartu anggota serta pengeluaran rutin GRI terkait Rumah GRI. Karena ini juga terkait dengan pihak kedua seperti SNP (untuk merchandise) dan toko buku/penerbit (untuk kartu anggota), maka ada keuntungan untuk GRI: 1) GRI bukan pihak yang harus mengeluarkan biaya awal karena SNP dan toko buku/penerbit adalah pihak yang menanggungnya. 2) Hasilnya bisa dinikmati oleh pembaca dan untuk pembaca. Hanya saja dalam pelaksanaan terbentur banyak kendala, seperti 1) Lambatnya proses lobi untuk kerjasama dengan pihak kedua. 2) Kesulitan pengelolaan keuangan yang membutuhkan ketelitian. 3) Kesulitan untuk berjualan.

Catatan terakhir yang akan saya tuliskan adalah terkait dengan Festival Pembaca Indonesia. Sejak dalam perancangan di MATA 2009, IRF merupakan kegiatan yang diharapkan menjadi puncak dari seluruh rangkaian kegiatan GRI. Namun dapat dikatakan di sini bahwa IRF bukan saja menjadi puncak, tetapi juga merupakan kegiatan yang memperbaharui dunia perbukuan Indonesia. Kuatnya dukungan dari pembaca, media massa dan praktisi perbukuan dalam IRF telah menjadikan kegiatan ini sebagai “menara” penting bagi GRI. Tentu saja kekurangan ada dimana-mana karena ini kali pertama GRI menggelar IRF, namun GRI boleh berbesar hati karena luasnya tanggapan positif yang didapatkan lewat kegiatan IRF ini.

Demikian seluruh catatan yang menurut saya penting untuk dibagikan.


Yogyakarta, 29 Desember 2010
Final AFF Indonesia vs Malaysia

Tidak ada komentar :